R. Masri Sareb Putra
Pramugari tinggi semampai itu jongkok. Tangannya lincah memegang gagang pintu pesawat. Kakinya yang jenjang sedikit ia naikkan. Terlihat sesuatu di balik belahan sarung kebayanya. "Jeger, jeger, tup!" Lincah ia menutup pintu pesawat hanya dengan sekali putar.
Itu pertama Bram, lengkapnya sekundus Bramantyo, terpesona. Melihat cahaya terpancar dari celah kebaya Berta Valentine Sarawati. Pesona mistik wanita seperti pernah dipancarkan Ken Dedes.
Pertemuan dua insan berbeda usia berlanjut perkenalan intensif. Saling bertukar pin BB. Larut di sebuah apartemen mewah di bilangan Pantai Indah Kapuk (PIK). Bathtub Chrystal Bateau menjadi saksi kisah kasih mereka. Ketika Bertha bercerita mengenai masa lalu ibunya yang "kecelakaan" dengan pria tampan dari Napoli, siang itu sebuah ruang sepi di pastoran tersingkat skandal di tanah misi lewat cinta terlarang Angel, ibu Bertha, dengan Antonio. Seperti mengulang kembali peristiwa masa lalu gereja di Eropa pada Abad Kegelapan.
Bertha minta dibuatkan obituari. Bram menyebutnya biografi. Tapi kemudian semua kisah berakhir. Ketika suatu siang nahas, pesawat yang dipramugarikan, dan ditutup pintunya, oleh Bertha hilang kontak. Dan terjadilah perpisahan itu.
Siapa Bertha? Mengapa ia melakukan escort dan untuk siapa? Mengapa cinta yang sedang tumbuh harus berakhir tragis? Pada pencarian tim SAR, ditemukan dan teridentifikasi identitas seluruh penumpang dan awaknya. Bram terkejut. Angel shock. Inikah predestinasi? Penglihatan tentang masa depan Obituari Bertha?
Comentários